DEPERMA

DEPERMA

Senin, 15 Oktober 2012

PROGRAM HIBAH BINA DESA TANAM PADI METODE SRI



Hibah Bina Desa POLIJEMahasiswa adalah luaran dari sistem pendidikan nasional yang akan menjadi penggerak bangsa ke depan. Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa adalah kualitas mahasiswa saat ini. Mahasiswa yang berkualitas adalah mahasiswa yang memiliki multi kecerdasan baik intelektual, emosional dan spiritual. Oleh karena itu proses pembelajaran di perguruan tinggi harus mampu mengembangkan soft skill dan hard skill sehingga setiap mahasiswa mampu mengembangkan multi kecerdasan tersebut. Soft skill mahasiswa dapat dikembangkan salah satunya dengan pemberdayaan masyarakat. Sehubungan dengan itu Direktorat Pembelajran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti memberi kesempatan kepada para mahasiswa untuk terjun membangun desa melalui Program Hibah Bina Desa.
Program hibah bina desa adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh para mahasiswa melalui organisasi kemahasiswaan atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Dengan program hibah bina desa ini , mahasiswa diharapkan mampu menumbuhkan rasa peduli dan dapat berkontribusi kepada masyarakat di desa agar terbangun desa binaan yang aktif, mandiri, berwirausaha dan sejahtera.
Untuk memperoleh program hibah bina desa dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan ini, setiap organisasi kemahasiswaan dari semua perguruan tinggi harus mengirimkan proposal un tuk dilakukan penilaian. Dan Alhamdulillah dari Politeknik Negeri Jember, terkirim 30 proposal dari berbagai UKM dan UKMJ dan ternyata salah satu proposal yaitu dari UKMJ Teknologi Pertanian yang terdiri dari 3 mahasiswa (Saiful Bahri, Ahmad Sirri dan Deni Sugianto) dengan pembimbing Ir. Aswanto berhasil menjadi salah satu proposal yang memperoleh pendanaan pada program ini. Program UKMJ TP ini berkaitan dengan transfer teknologi pada budidaya tanaman padi dengan system SRI (System of Rice Intensification).
Implementasi program Hibah Bina Desa dilaksanakan, Sabtu pagi kemarin bertempat di petak sawah kelompok tani yang dibawah Ketua Ibu Yulia Ningsih di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Program ini diawali dengan pengolahan lahan yang akan dijadikan demo plot beberapa hari sebelumnya, dilakukan penyuluhan keunggulan tanam Padi metode SRI serta turun sawah untuk menanam Padi bersama-sama antara mahasiswa tim Hibah Bina Desa dengan masyarakat petani. Antusiasme para petani terlihat pada saat penyuluhan, hal mana dikarenakan menurut mereka metode ini merupakan hal baru yang berbeda sama sekali dengan yang biasa meraka laksanakan. Demikian juga pada saat turun sawah untuk menanam padi.
Metode SRI (System of Rice Intensification) merupakan metode budidaya padi yang hemat air dan menghasilkan produksi lebih tinggi. Pola tanam padi model SRI adalah cara bertanam padi kembali ke alam. Artinya, petani tidak lagi menggunakan pupuk kimia, tapi memanfaatkan bahan organik yang diolah untuk menjadi sumber pupuk tanaman produksi. Berikut cara penerapan budidaya padi dengan menggunakan metode SRI :
Teknik Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice Intensification)
  • Persiapan benihBenih sebelum disemai, diuji dalam larutan air garam. Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung.  Benih yang baik untuk dijadikan benih adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut.  Kemudian benih yang telah diuji, direndam dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam selama 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik (1:1) di dalam wadah/petakan khusus segi empat ukuran 20 x 20 cm atau bisa menggunakan baki juga tujuannya untuk menjaga tanah tetap lembab dan tidak tergenang air. Setelah umur 8-15 hari benih padi sudah siap ditanam. Saat transplantasi dari petak semaian, perlu kehati-hatian dan sebaiknya dengan memakai cethok, serta dijaga tetap lembab. Jangan sampai bibit dibiarkan mengering.
  • Pengolahan tanahPengolahan tanah untuk tanam padi metode SRI tidak berbeda dengan cara pengolahan tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah yang lebih baik bagi tanaman, terhindar dari gulma. Pengolahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur lumpur.  Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air.
  • Bibit ditanam satu-satu daripada secara berumpun Bibit ditranplantasi satu-satu daripada  secara berumpun, yang terdiri dari dua atau tiga tanaman. Ini dimaksudkan agar tanaman memiliki ruang untuk menyebar dan memperdalam perakaran. Sehingga tanaman tidak bersaing terlalu ketat untuk memperoleh ruang tumbuh, cahaya, atau nutrisi dalam tanah.  Sistem perakaran menjadi sangat berbeda saat tanaman ditanam satu-satu.
  • Jarak tanam yang lebarDibandingkan dengan baris yang sempit, bibit lebih baik ditanam dalam pola luasan yang cukup lebar dari segala arah.  Biasanya menggunakan jarak 25 cm x 25 cm, 30 cm x 30 cm, 40 cm x 40 cm, dengan jarak tanam yang lebar ini, memberi kemungkinan lebih besar kepada akar untuk tumbuh leluasa, tanaman juga akan menyerap lebih banyak sinar matahari, udara dan nutrisi. Hasilnya akar dan batang akan tumbuh lebih baik (juga penyerapan nutrisi).  Pola segi empat juga memberi kemudahan untuk pendangiran.
  • Perlakuan pemupukan Pemberian pupuk pada SRI diarahkan kepada perbaikan kesuburan tanah dan penambahan unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan. Kebutuhan pupuk organik pertama setelah menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan sampai 2 musim tanam. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa berkurang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah.
  • Pemeliharaan
    Sistem tanam metode SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus menerus, cukup dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya untuk mempermudah pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem padi organik dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1-10 HST tanaman padi digenangi dengan ketinggian air ratarata
    1cm, kemudian pada umur 10 hari dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan tanaman tidak digenangi. Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan berikutnya, maka dua hari menjelang penyiangan tanaman digenang. Pada saat tanaman berbunga, tanaman digenang dan setelah padi matang susu tanaman tidak digenangi kembali sampai panen. Untuk mencegah hama dan penyakit pada SRI tidak digunakan bahan kimia, tetapi dilakukan pencengahan dan apabila terjadi gangguan hama/penyakit digunakan pestisida nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan mekanik (Sumber: BUDIDAYA DAN KEUNGGULAN PADI ORGANIK  METODE SRI (System of Rice Intensification) oleh Jenal Mutakin).
Tahapan-tahapan
  1. Pupuk Organik sebanyak 4-8 ton/ha (tergantung kandungan organik sawah, bila kadar organik tanah sudah mencapai 2 % maka dengan pemupukan 1 ton/ha sudah mencukupi untuk menjaga keseimbangan kesuburan). Pupuk organik ditaburkan merata ke permukaan tanah. Setelah itu sawah dibajak sesuai dengan kedalaman akar padi sekitar 30 cm.
  2. Setelah sawah dibajak selajutnya direndam dengan air selama seminggu untuk mengkondisikan pupuk organik jadi lebih matang dan menyebar di dalam tanah.
  3. Setelah direndam 1 minggu sawah digaru agar kontur tanah merata untuk persiapan tanam. Pada saat bersamaan bibit padi mulai ditebar setelah diperam selama 4 hari sampai keluar akar.
  4. Setelah digaru sawah digenangi air lagi sambil menunggu bibit umur 7-9 hari untuk siap tanam, 2 hari sebelum tanam air dikeluarkan dari sawah sampai kondisi tanah masih tetap basah tapi tidak tergenang air.
  5. Sawah digarit dengan garis horizontal vertikal tegak lurus berjarak sama 25 cm x 25 cm.
  6. Padi ditanam satu bibit perlubang
  7. Setalah dilakukan PENG-GARITAN padi ditanam tepat pada titik temu antara garis vertikal dan horisontal. Padi ditanam satu per satu atau dua dua sebagai cadangan untuk nyulam.
  8. Setelah padi ditanam tanah dikondisikan basah tapi tidak tergenang agar transfer oksigen ke tanah terus berjalan dan aman dari gangguan keong emas. Pada awalnya padi nampak jarang dan kecil-kecil.
  9. Pada Umur 15-20 hari dialakukan penyiangan pertama untuk membersihkan rumput dengan cara mekanis pakai landak diikuti tenaga manusia yang mencabut rumpuk yang berdekatan dengan batang padi. Bila setelah penyiangan pertumbuhan padi tampak tidak merata maka dilakukan penambahan pupuk majemuk agar pertumbuhan vegetatif padi optimalberanak banyak dan berbatang kuat.
  10. Padi umur 30-35 hari dilakukan penyiangan kedua, bila padi tumbuh segar, hijiau dan batangnya kokoh maka setelah penyiangan tidak perlu dilakukan pemupukan tambahan
  11. Setelah umur 40 hari padi sudah tampak tumbuh lebat dan pada umur 50 hari padi mulai berbunga. Padi dengan Pola Tanam SRI anaknya banyak bulirnya lebat untuk menjamin agar bijinya penuh berisi maka perlu pupuk daun. Agar produk SRI masih dalam Koridor Beras Organik maka disarankan menggunakan Biopestisida atau NanoGren agar produknya standard, merata dan tidak tercemar pestisida. Umur 95 hari padi siap panen.
Keunggulan metode SRI 
  1. Tanaman hemat air, Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air max 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak ( Irigasi terputus)
  2. Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam kurang dll.
  3. Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 - 12 hss, dan waktu panen akan lebih awal
  4. Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha
  5. Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk  organik (kompos, kandang dan Mikro-oragisme Lokal), begitu juga penggunaanpestisida.
Perbandingan pertumbuhan padi antara metode tradisional dengan metode SRI
Metode Tradisional
Metode SRI
Rata-rata
Kisaran
Rata-rata
Kisaran
Rumpun/m2
56
42-65
16
10-25
Tanaman/rumpun
3
2-5
1
1
Batang/rumpun
8,6
8-9
55
44-74
Malai/rumpun
7,8
7-8
32
23-49
Bulir/malai
114
101-130
181
166-212
Bulir/rumpun
824
707-992
5,858
3,956-10,388
Hasil panen (t/ha)
2,0
1,0-3,0
7,6
6,5-8,8
Kekuataanakar (kg)
28
25-32
53
43-69

Tidak ada komentar:

Posting Komentar