DEPERMA

DEPERMA

Senin, 15 Oktober 2012

PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)


Bantuan Mesin Pasca Panen untuk Pengolahan Kopi Sistem Basah
Pulper Pengolahan KopiLahan hutan milik Perum Perutani di kawasan lereng Gunung Argopuro, sebagian lahannya dipercayakan ke masyarakat untuk ditanami komoditas Kopi dengan perjanjian sistem bagi hasil. Untuk mewujudkan hal tersebut maka dibentuklah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Lembaga ini merupakan perkumpulan masyarakat di sekitar hutan yang berkepentingan terhadap sumber daya hutan, yang berkewajiban juga merawat tanaman induk yang merupakan komoditas milik Perum Perhutani.
Salah satu LMDH di kawasan lereng Gunung Argopuro adalah masyarakat yang hidup di Desa Karangpring Kecamatan Sukorambi yang mewadahi LMDHnya dengan nama Sumber Kembang. Menurut Kasim Ketua LMDH : “Anggota LMDH Sumber Kembang mempunyai anggota sebanyak 228 anggota, dengan kepemilikan lahan hak guna pakai dari Perum Perhutani sekitar 260 ha diluar penambahan lahan baru, yang dalam konsesinya ditanami Kopi jenis Robusta, dengan konsesi bagi hasil petani dan pihak Perum Perhutani”.
Pada umumnya faktor budidaya Kopi sudah sesuai dengan standar budidaya yang baik, akan tetapi berkaitan dengan penanganan pasca panen masih memerlukan pencerahan bagi segenap petani yang tergabung dalam LMDH Sumber Kembang. “Pada awalnya banyak petani yang menjual Kopinya dalam bentuk glondongan melalui para tengkulak yang hilir mudik nyambangi para petani pada saat panen antara Juli sampai dengan Oktober”, demikian imbuh Prayitno salah satu anggota LMDH. Hal yang melatarbelakangi petani petani menjual dalam bentuk glondongan adalah mulai dari pengetahuan petani yang perlu sentuhan teknologi dan aspek agribisnisnya, belum mempunyai sarana mesin pemecah kulit (pulper) yang tentunya memerlukan investasi serta kebutuhan para petani yang segera perlu uang untuk menopang biaya hidup sehari-hari, meskipun harganya jauh lebih murah. Sebagian lagi melakukan pengolahan pasca panen Kopi dengan pengolahan kering, dengan tahapan digiling dengan mesin pulper (pemecah kulit), selanjutnya dijemur selama 5-7 hari kemudian di giling kembali dengan mesin pulper lagi dan akhirnya menjadi Kopi beras (biji Kopi). Pasca panen pengolahan dengan sistem kering ini lumayan dapat meningkatkan harga jual Kopi tersebut, meski sedikit mengeluarkan biaya pengolahan dan transportasi karena yang mempunyai pulper ada di luar desa Karangpring. Dengan pengolahan system kering sebetulnya masih menghasilkan mutu Kopi yang mempunyai prospek ekspor yang juga mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi.
Dalam perjalanan akhirnya dipertemukan dengan PT. Indocom Surabaya sebagai pembeli partai besar dan sekaligus eksportir, mengingat kualitas Kopi Robusta dari lereng Argopuro sangat unggul. Kesepakatan dengan PT. Indocom dengan LMDH Sumber Kembang mensyaratkan kualitas Kopi yang sesuai dengan standar ekspor. Standar kualitas sebagaimana disyaratkannya cara memperolehnya hanya dapat dilakukan dengan cara pengolahan sistem basah. Pada awalnya PT. Indocom meminjami mesin pulper dan para petani LMDH masih juga menyewa mesin untuk Washing (pencuci).
Melihat keadaan masyarakat petani di lereng Argopuro tersebut, potensi Kopi Robusta yang mempunyai kualitas tinggi serta peluang agribisnis Kopi yang sangat menjanjikan dan merupakan bagian Tri Dharma Perguruan Tinggi, para Dosen Politeknik Negeri Jember yang terdiri : Ir. Titin Fatimah, MP; Ir. Aswanto; Ir dan Dian Hartatie, MP  melakukan observasi lapang untuk melihat peluang untuk dibantu dengan menyusun proposal pengabdian pada program Ipteks bagi Masyarakat (IbM). Menurut Bu Titin demikian sapaan akarab Ir. TiTin Fatimah, MP Ketua Tim, “dengan program ini para mitra (LMDH) akan diberikan pencerahan tentang agribisnis Kopi dengan melakukan perbaikan pada pasca panen, disamping juga diberikan bantuan alat mesin pasca panen (pulper dan washing)”. Pada prinsipnya mekanisme pengolahan Kopi sistem basah disyaratkan Kopi yang diolah harus harus benar-benar matang (merah), sedang urutan pengolahannya meliputi : Fermentasi selama 2 hari, di giling dengan mesin pulper, di cuci dengan mesin washing, dijemur di terik matahari selama 6 jam, masuk ruang sortasi untuk dipisahkan antara kotoran dan biji Kopi yang utuh. Selanjutnya dimasukkan karung dan siap dijual.
Sebagai perbandingan harga Kopi dikaitkan dengan sistem pengolahan, kalau dijual dalam bentuk glondongan harganya Rp. 4.300,-/kg, manakala dengan pengolahan kering harganya sebesar Rp. 21.000,-/kg dan apabila dengan pengolahan basah harganya dapat mencapai Rp. 45.000,- s.d 54.000,-/kg.
Dalam bagian lain Kasim atas nama LMDH menyampaikan apresiasi kepada Tim dari Politeknik Negeri Jember yang telah melakukan pengabdian dengan memberikan pencerahan pada aspek abribisnis Kopi dan memberikan bantuan mesin pulper dan washing. “kami sangat berterima kasih semoga dengan pengabdian dan bantuan 2 mesin ini akan membantu meningkatkan kesejahteraan petani Kopi di LMDH Sumber Kembang, yang sementara ini masih harus menyewa”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar