DEPERMA

DEPERMA

Jumat, 11 Mei 2012

Pendidikan Karakter



Urgensi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter yang gencar menjadi perhatian pemerintah sejak beberapa tahun kebelakangan ini sejatinya adalah harapan setiap warga bangsa. Bapak pendidikan bangsa Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantoro bahkan tokoh-tokoh kemerdekaan sebelum beliau, sampai Founding Father bangsa Indonesia Bung Karno telah mencanangkan Nation and Character Building.
Bangsa Indonesia yang mendiami wilayah nusantara kemasyhurannya sudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain di dunia sejak berabad-abad lamanya, semenjak pemerintahan Sriwijaya (Swarna Dwipa) maupun Majapahit (Jawa Dwipa) yang telah mewariskan nilai luhur kepada generasi penerus sampai sekarang seperti gotong royong,  tepasalira, budi luhur, saling menghormati dan lain sebagainya.
Pertanyaannya, bagaimanakah kalau kita didalam kehidupan nyata dimasyarakat? Apa karakter luhur bangsa Indonesia masih terpelihara dengan baik atau ada penyimpangan-penyimpangan? Beberapa gejala dimasyarakat mulai tampak bahkan mulai marak seperti tawuran antara suku, ras dan kelompok masyarakat, main hakim sendiri, kebiasaan gotong royong mulai luntur, saling menghargai antar kepentingan sudah pudar dan lain sebagainya. Lantas apa penyebab semua pergeseran semua ini, apa pengaruh budaya dari luar, atau degradasi moral karena merosotnya pemahaman keagamaan atau karena penyimpangan (anomali) dari hasil proses pendidikan yang kita lakukan selama ini.
Pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih merupakan proses pembelajaran semata bukan proses pendidikan. Pembelajaran disekolah formal lebih menitik beratkan pada output yang diukur dengan kelulusan, Indeks Prestasi, nilai ijasah dan lain sebagainya. Untuk mewujudkan proses pendidikan yang ideal, guru yang ideal yang mana guru bukan hanya sebagai pekerjaan akan tetapi panggilan jiwa untuk menjadi pendidikan yang menjadi teladan dalam semangat belajar, selalu menghargai jerih payah dan kemampuan anak didik, mampu memotivasi anak didik untuk belajar lebih semangat dan lain sebagainya. Sebetulnya pemerintah juga sudah menelurkan program pemberdayaan guru dengan kurikulum KTSP, KBK, sertifikasi dan lainnya yang diharapkan ada perubahan yang signifikan bagi setiap guru atau pendidik dalam tingkatan apapun agar mampu menjadi pendidik yang handal.
Oleh karenanya pencanangan pendidikan karakter yang digagas dan dibangkitkan kembali oleh pemerintah sudah sepatutnya kita sebagai warga pendidik maupun warga masyarakat secara umum wajib untuk mendukung dan mensukseskannya. Lebih-lebih momentum itu bertepatan dengan semangat Hardiknas yang berdekatan dengan peringatan Harkitnas yang pada tahun 2012 mengambil tema Bangkitnya Generasi Emas Indonesia.
Sumber Pendidikan Karakter
Beragam pendapat yang mengatakan bahwa sejatinya inti muatan utama dalam pendidikan karakter adalah sama ketika kita menyebutnya dengan etika, moral dan susila. Padahal kalau kita mau menelusuri dan mencari sumbernya, ternyata akan berbeda. Sebagai khalayak lebih suka untuk memilih akhlak sebagai padanan untuk pendidikan karakter yang kita inginkan dalam wacana dunia pendidikan kita.
Secara harfiah Etika adalah Ilmu yang mengajarkan tentang baik dan buruk tentang adat kebiasaan dan tingkah laku manusia. Sedangkan Moral adalah tentang kebiasaan adat istiadat dan tingkah laku manusia yang baik dan buruk serta Susila berasal dari kata Su artinya baik dan Sila artinya prinsip, dasar atau aturan, yaitu; Kehidupan manusia yang sesuai dengan norma aturan yang baik. Intinya dari ketiga istilah tersebut, muaranya adalah kepada kebiasaan adat istiadat dan tingkah laku manusia yang baik atau buruk. Agak sedikit berbeda dengan akhlak yang bersumber dari Islam yang didefinisikan menjadi keadaan jiwa yang mengajak seseorang kepada suatu perbuatan tanpa adanya pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Demikian halnya menurut al-Ghozali dalam Ihya' Ulumuddin, dikatakan, Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan proses pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.
Dari pengertian diatas ada sedikit perbedaan, kalau etika, moral dan susila didefinisikan dengan perkataan baik atau buruk, sedangkan akhlak, tidak mencantumkan baik dan buruk, tapi sebaliknya lebih menjelaskan kepada sifat atau kepribadian. Definisi Akhlak cenderung kepada sifat, perangai atau kepribadian. Ini mendekati kepada pengertian karakter yaitu jati diri seseorang. Tidak disebutkannya dalam pengertian itu baik dan buruk, karena akhlak sumber nilainya jelas dan universal.
Dalam khazanah ajaran Agama Islam, penilaian baik buruk itu sumbernya adalah al-Quran dan al-Hadits, Allah SWT yang menciptakan manusia dan Rosulullah Muhammad SAW manusia pilihan yang Akhlaknya dipuji oleh Allah : Dan sesungguhnya kamu benar-benar berakhlak mulia nan agung. (QS al-Qalam:4).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar